Saya tidak pernah membayangkan diri saya sebagai seorang muslimah.
Jika dua tahun lalu anda bertanya tentang Islam kepada saya, sudah pasti
saya akan mencari kesalahan dalam Islam dan ajaran kerasnya. Ketika
saya berusia 10 tahun, kakek saya yang menjadi misionaris lebih dari 40
tahun di tanah Muslim tidak mengizinkan saya sekalipun menyebut
perkataan Muslim. Mereka memberitahu saya kisah-kisah menakutkan tentang
bagaimana perilaku umat Islam terhadap Kristen dan non Muslim. Kononnya
umat Islam menyiksa, memukul dan membunuh non Muslim.
Saya begitu takut, terutama selepas peristiwa 11 September. Hanya waktu
yang menentukan kapan kelompok jihad menyerang kami di Michigan dan
memaksa kepercayaan mereka ke atas kami. Keluarga Kristen saya hanya
melihat kekerasan bila menyebut Islam. Mereka amat membenci Islam.
Bagaimanapun kehidupan remaja saya dicemari dengan kesalahfahaman
tentang Islam. Terdapat beberapa hal yang berlaku ke atas saya,
menyebabkan pandangan saya terhadap Islam berubah.
Pertama, ketika itu saya berusia 14 tahun. Saya memisahkan diri dari
ajaran Kristen, agama saya. Ayah saya seorang pastor dan menyiksa ibu
saya. Selain itu ia mempunyai hubungan sulit dengan sekretarisnya. Saya
melihat kekerasan dan kemunafikan dalam diri ayah saya. Apa yang lebih
menyakitkan hati saya ialah melihat bagaimana anggota dan jemaat Kristen
mengambil sikap terhadap ayah saya. Mereka sama saja ketika berbicara
tentang Islam. Tapi dengan cara ini mereka memalukan nama Kristen. Saya
menjadi amat kecewa dengan sebagian mereka yang menyebut dirinya Kristen
tetapi gagal melaksanakan ajarannya. Orang yang tidak pernah membaca
kitab suci dan sekadar menyerah atau patuh secara buta dengan apa yang
diberitahu oleh pemimpin agama. Keimanan buta inilah yang tampak dalam
masyarakat Kristen.
Saya sadar bahwa dalam setiap
agama memang terjadi penyimpangan karena kita adalah manusia lemah. Saya
merasakan bahwa agama Kristen bukanlah jalan buat saya. Injil telah
diubah oleh tangan manusia dan sering kali diinterpretasi secara aneh.
Oleh saya membuat keputusan untuk meninggalkannya.
Kedua, selama 8 tahun saya menghabiskan masa mencari agama. Saya bertemu
dengan Wicca dan selama tiga tahun lebih saya mengikutinya. Sayangnya
ia tidak dapat memberikan kepuasan bagi saya dalam menjalinkan hubungan
saya dengan Yang Maha Kuasa. Saya sama sekali tidak setuju dengan konsep
politeisme yang terdapat dalam Wicca. Jauh di sudut hati, saya adalah
seorang monoteis. Dengan demikian saya meninggalkan jalan ini dan terus
mencari kebenaran.
Ketiga, saya mengambil kelas agama
dunia pada tahun pertama di sekolah tinggi dan untuk beberapa minggu
saya mendengar ceramah berkaitan Islam. Sebenarnya pelajaran itu tidak
begitu menarik hati saya, sehingga setengah tahun kemudian, itupun saat
saya melihat kembali buku catatan saya. Guru yang mengajar saya adalah
seorang pengajar katolik yang agak bias tetapi 95 persen dari apa yang
saya pelajari adalah benar. Nota-nota tersebut merupakan garis panduan
untuk pelajaran saya.
Keempat, saya diselamatkan saat
saya memerlukannya. Saya telah lama tersesat di jalan pencarian
kebenaran. Musim panas selepas kelas, saya mengambil narkotika dengan
harapan dapat membuka mata dan mengisi ruh saya. Betapa bodohnya saya.
Tuhan memberikan saya kesempatan untuk kali kedua. Peristiwa ini berlaku
pada setelah hari Thanksgiving, pada bulan November. Saya meminum
minuman keras. Saya berada di persimpangan antara dalam keadaan mabuk
dan sadar. Saya menumpang bersama seorang teman dan mengemudi mobil
untuk pulang ke rumah. Kami berada di jalan, saat seorang supir mabuk
tidak memperdulikan lampu merah dan menabrak kami.
Sebuah mobil lagi terbang ke arah kami. Mobil kami terhempas dengan kuat
ke celah dua pohon. Mobil kami hancur. Saya menjadi begitu takut, cemas
menanti kematian. Kalau tak matipun, saya sadar bahwa saya akan
dikenakan hukuman karena mengemudi memandu saat mabuk. Hukuman tersebut
akan menyebabkan saya kehilangan hak untuk mendapat beasiswa dan
seterusnya saya akan dikeluarkan dari sekolah tinggi. Peristiwa ini akan
mencemari catatan bersih saya selama ini. Dan yang lebih buruk lagi,
saya akan kehilangan kepercayaan dari ibu saya selepas lebih dari
setahun bersih dari narkotika. Saya benar-benar tidak ingat apakah
tabrakan itu kesalahan saya atau orang lain. Banyak saksi yang
memberitahu bahwa tabrakan tersebut adalah kesalahan supir yang mabuk.
Saya menarik nafas lega. Tapi saya masih harus menjalani ujian
pemeriksaan penafasan untuk menentukan level kandungan alkohol yang
terdapat dalam tubuh saya.
Saya masih di bawah usia
dan telah menggunakan alkohol lebih dari batas yang dibenarkan UU. Saya
mungkin telah mengambil vodka dua jam sebelum tabrakan. Dalam keadaan
cemas dan takut, sebuah mukjizat telah menyelamatkan saya. Pemeriksaan
yang dijalankan menunjukkan angka 0. Sungguh mustahil saat pegawai
tersebut mengatakan diri saya bersih dari alkohol.
Malah saya diberitahu saya tidak mengalami cedera sedikitpun. Tabrakan
itu sebenarnya bisa menyebabkan semua penumpang saya mati dan harus
dirawat di rumah sakit. Saya selamat dan hanya mengalami luka kecil.
Selepas itu saya tidak pernah lagi mengemudi saat mabuk. Beberapa bulan
kemudian saya meninggalkan alkohol sama sekali. Saya dapat merasakan
Tuhan telah menyelamatkan saya.
Kelima, Desember 2010.
Saya menjalin hubungan dengan seorang muslim Syiah. Saya mula tertarik
untuk mempelajari Islam. Saya belajar sedikit mengenai keyakinannya dan
mula membaca buku. Buku-buku tersebut telah mengubah pandangan saya
tentang Islam. Hati saya mula terbuka untuk Islam.
Keenam, Januari 2011, saya bertemu dan jatuh hati dengan seorang lelaki
dari Saudi Arabia bermazhab Syiah, mahasiswa Universitas Western
Michigan. (Alhamdulillah, dia kini adalah suami saya). Dia adalah
seorang yang religius. Saya amat menghormati cara dia menjalani
kehidupannya. Ketika dia menunaikan shalat, saya turut shalat
bersamanya. Dialah yang menyebabkan timbul cinta saya kepada Islam. Kami
banyak melakukan pembahasan berkaitan agama, filsafat dan teologi. Saya
mula membaca secara serius berkaitan Islam, dan bertanya kepadanya
berbagai persoalan.
Dia membawa saya ke kota Dearbon
dan memperlihatkan kepada saya budaya Islam yang kental di kota ini.
Saya senang sekali melihat wanita yang mengenakan hijab, tanda-tanda
yang berbahasa Arab dan Inggris tertera di bangunan. Terdengar
suara-suara yang mengunakan bahasa Arab di mana saja dan bau aroma
makanan halal yang memenuhi ruang udara. Saya jatuh cinta dengan Islam.
Beberapa bulan kemudian, di sebuah toko buku yang hanya memiliki 24
buku. Teman lelaki saya menemukan sebuah al-Quran berkulit biru dan
keemasan. Dia membelikannya untuk saya. Melihatnya saja membuat saya
damai. Semakin saya membaca, semakin dahaga rasanya. Kata-katanya
seperti apa yang saya cari selama ini. Saya membacanya dalam bahasa
Inggris, saat ini saya sedang belajar bahasa Arab supaya saya dapat
mempelajari al-Quran dalam konteks aslinya.
Saya tidak
pernah merasakan kepuasan seperti yang saya alami ketika ini. Semua
peristiwa yang berlaku dalam hidup saya, yang indah dan yang buruk,
terutama enam perkara yang telah saya sebutkan, telah membawa saya ke
jalan yang lurus. Saya mengakui bahwa ektrimis muslim telah mengajar
saya menjadi takut saat saya masih muda, telah hilang, sesat dan
menyimpang dari Jalan Allah dalam upaya untuk menjustifikasi keinginan
dan ketamakan mereka. Bukan kesalahan Allah, bukan kesalahan dalam
Firman-Nya, tidak juga kesalahan Islam atau umatnya. Allah Swt
senantiasa Maha Pengasih, Maha Berkuasa dan Maha Agung atas segala yang
ada di alam semesta ini. (IRIB Indonesia/reverts muslim)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar