Senin, 04 Juni 2012

Hanna: Ada Enam Perkara yang Mengantarku ke Jalan Lurus


Saya tidak pernah membayangkan diri saya sebagai seorang muslimah. Jika dua tahun lalu anda bertanya tentang Islam kepada saya, sudah pasti saya akan mencari kesalahan dalam Islam dan ajaran kerasnya. Ketika saya berusia 10 tahun, kakek saya yang menjadi misionaris lebih dari 40 tahun di tanah Muslim tidak mengizinkan saya sekalipun menyebut perkataan Muslim. Mereka memberitahu saya kisah-kisah menakutkan tentang bagaimana perilaku umat Islam terhadap Kristen dan non Muslim. Kononnya umat Islam menyiksa, memukul dan membunuh non Muslim.
Saya begitu takut, terutama selepas peristiwa 11 September. Hanya waktu yang menentukan kapan kelompok jihad menyerang kami di Michigan dan memaksa kepercayaan mereka ke atas kami. Keluarga Kristen saya hanya melihat kekerasan bila menyebut Islam. Mereka amat membenci Islam. Bagaimanapun kehidupan remaja saya dicemari dengan kesalahfahaman tentang Islam. Terdapat beberapa hal yang berlaku ke atas saya, menyebabkan pandangan saya terhadap Islam berubah.
Pertama, ketika itu saya berusia 14 tahun. Saya memisahkan diri dari ajaran Kristen, agama saya. Ayah saya seorang pastor dan menyiksa ibu saya. Selain itu ia mempunyai hubungan sulit dengan sekretarisnya. Saya melihat kekerasan dan kemunafikan dalam diri ayah saya. Apa yang lebih menyakitkan hati saya ialah melihat bagaimana anggota dan jemaat Kristen mengambil sikap terhadap ayah saya. Mereka sama saja ketika berbicara tentang Islam. Tapi dengan cara ini mereka memalukan nama Kristen. Saya menjadi amat kecewa dengan sebagian mereka yang menyebut dirinya Kristen tetapi gagal melaksanakan ajarannya. Orang yang tidak pernah membaca kitab suci dan sekadar menyerah atau patuh secara buta dengan apa yang diberitahu oleh pemimpin agama. Keimanan buta inilah yang tampak dalam masyarakat Kristen.
Saya sadar bahwa dalam setiap agama memang terjadi penyimpangan karena kita adalah manusia lemah. Saya merasakan bahwa agama Kristen bukanlah jalan buat saya. Injil telah diubah oleh tangan manusia dan sering kali diinterpretasi secara aneh. Oleh saya membuat keputusan untuk meninggalkannya.
Kedua, selama 8 tahun saya menghabiskan masa mencari agama. Saya bertemu dengan Wicca dan selama tiga tahun lebih saya mengikutinya. Sayangnya ia tidak dapat memberikan kepuasan bagi saya dalam menjalinkan hubungan saya dengan Yang Maha Kuasa. Saya sama sekali tidak setuju dengan konsep politeisme yang terdapat dalam Wicca. Jauh di sudut hati, saya adalah seorang monoteis. Dengan demikian saya meninggalkan jalan ini dan terus mencari kebenaran.
Ketiga, saya mengambil kelas agama dunia pada tahun pertama di sekolah tinggi dan untuk beberapa minggu saya mendengar ceramah berkaitan Islam. Sebenarnya pelajaran itu tidak begitu menarik hati saya, sehingga setengah tahun kemudian, itupun saat saya melihat kembali buku catatan saya. Guru yang mengajar saya adalah seorang pengajar katolik yang agak bias tetapi 95 persen dari apa yang saya pelajari adalah benar. Nota-nota tersebut merupakan garis panduan untuk pelajaran saya.
Keempat, saya diselamatkan saat saya memerlukannya. Saya telah lama tersesat di jalan pencarian kebenaran. Musim panas selepas kelas, saya mengambil narkotika dengan harapan dapat membuka mata dan mengisi ruh saya. Betapa bodohnya saya. Tuhan memberikan saya kesempatan untuk kali kedua. Peristiwa ini berlaku pada setelah hari Thanksgiving, pada bulan November. Saya meminum minuman keras. Saya berada di persimpangan antara dalam keadaan mabuk dan sadar. Saya menumpang bersama seorang teman dan mengemudi mobil untuk pulang ke rumah. Kami berada di jalan, saat seorang supir mabuk tidak memperdulikan lampu merah dan menabrak kami.
Sebuah mobil lagi terbang ke arah kami. Mobil kami terhempas dengan kuat ke celah dua pohon. Mobil kami hancur. Saya menjadi begitu takut, cemas menanti kematian. Kalau tak matipun, saya sadar bahwa saya akan dikenakan hukuman karena mengemudi memandu saat mabuk. Hukuman tersebut akan menyebabkan saya kehilangan hak untuk mendapat beasiswa dan seterusnya saya akan dikeluarkan dari sekolah tinggi. Peristiwa ini akan mencemari catatan bersih saya selama ini. Dan yang lebih buruk lagi, saya akan kehilangan kepercayaan dari ibu saya selepas lebih dari setahun bersih dari narkotika. Saya benar-benar tidak ingat apakah tabrakan itu kesalahan saya atau orang lain. Banyak saksi yang memberitahu bahwa tabrakan tersebut adalah kesalahan supir yang mabuk. Saya menarik nafas lega. Tapi saya masih harus menjalani ujian pemeriksaan penafasan untuk menentukan level kandungan alkohol yang terdapat dalam tubuh saya.
Saya masih di bawah usia dan telah menggunakan alkohol lebih dari batas yang dibenarkan UU. Saya mungkin telah mengambil vodka dua jam sebelum tabrakan. Dalam keadaan cemas dan takut, sebuah mukjizat telah menyelamatkan saya. Pemeriksaan yang dijalankan menunjukkan angka 0. Sungguh mustahil saat pegawai tersebut mengatakan diri saya bersih dari alkohol.
Malah saya diberitahu saya tidak mengalami cedera sedikitpun. Tabrakan itu sebenarnya bisa menyebabkan semua penumpang saya mati dan harus dirawat di rumah sakit. Saya selamat dan hanya mengalami luka kecil. Selepas itu saya tidak pernah lagi mengemudi saat mabuk. Beberapa bulan kemudian saya meninggalkan alkohol sama sekali. Saya dapat merasakan Tuhan telah menyelamatkan saya.
Kelima, Desember 2010. Saya menjalin hubungan dengan seorang muslim Syiah. Saya mula tertarik untuk mempelajari Islam. Saya belajar sedikit mengenai keyakinannya dan mula membaca buku. Buku-buku tersebut telah mengubah pandangan saya tentang Islam. Hati saya mula terbuka untuk Islam.
Keenam, Januari 2011, saya bertemu dan jatuh hati dengan seorang lelaki dari Saudi Arabia bermazhab Syiah, mahasiswa Universitas Western Michigan. (Alhamdulillah, dia kini adalah suami saya). Dia adalah seorang yang religius. Saya amat menghormati cara dia menjalani kehidupannya. Ketika dia menunaikan shalat, saya turut shalat bersamanya. Dialah yang menyebabkan timbul cinta saya kepada Islam. Kami banyak melakukan pembahasan berkaitan agama, filsafat dan teologi. Saya mula membaca secara serius berkaitan Islam, dan bertanya kepadanya berbagai persoalan.
Dia membawa saya ke kota Dearbon dan memperlihatkan kepada saya budaya Islam yang kental di kota ini. Saya senang sekali melihat wanita yang mengenakan hijab, tanda-tanda yang berbahasa Arab dan Inggris tertera di bangunan. Terdengar suara-suara yang mengunakan bahasa Arab di mana saja dan bau aroma makanan halal yang memenuhi ruang udara. Saya jatuh cinta dengan Islam. Beberapa bulan kemudian, di sebuah toko buku yang hanya memiliki 24 buku. Teman lelaki saya menemukan sebuah al-Quran berkulit biru dan keemasan. Dia membelikannya untuk saya. Melihatnya saja membuat saya damai. Semakin saya membaca, semakin dahaga rasanya. Kata-katanya seperti apa yang saya cari selama ini. Saya membacanya dalam bahasa Inggris, saat ini saya sedang belajar bahasa Arab supaya saya dapat mempelajari al-Quran dalam konteks aslinya.
Saya tidak pernah merasakan kepuasan seperti yang saya alami ketika ini. Semua peristiwa yang berlaku dalam hidup saya, yang indah dan yang buruk, terutama enam perkara yang telah saya sebutkan, telah membawa saya ke jalan yang lurus. Saya mengakui bahwa ektrimis muslim telah mengajar saya menjadi takut saat saya masih muda, telah hilang, sesat dan menyimpang dari Jalan Allah dalam upaya untuk menjustifikasi keinginan dan ketamakan mereka. Bukan kesalahan Allah, bukan kesalahan dalam Firman-Nya, tidak juga kesalahan Islam atau umatnya. Allah Swt senantiasa Maha Pengasih, Maha Berkuasa dan Maha Agung atas segala yang ada di alam semesta ini. (IRIB Indonesia/reverts muslim)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar