Minggu, 21 Oktober 2012
Senin, 04 Juni 2012
Hanna: Ada Enam Perkara yang Mengantarku ke Jalan Lurus
Saya tidak pernah membayangkan diri saya sebagai seorang muslimah.
Jika dua tahun lalu anda bertanya tentang Islam kepada saya, sudah pasti
saya akan mencari kesalahan dalam Islam dan ajaran kerasnya. Ketika
saya berusia 10 tahun, kakek saya yang menjadi misionaris lebih dari 40
tahun di tanah Muslim tidak mengizinkan saya sekalipun menyebut
perkataan Muslim. Mereka memberitahu saya kisah-kisah menakutkan tentang
bagaimana perilaku umat Islam terhadap Kristen dan non Muslim. Kononnya
umat Islam menyiksa, memukul dan membunuh non Muslim.
Saya begitu takut, terutama selepas peristiwa 11 September. Hanya waktu
yang menentukan kapan kelompok jihad menyerang kami di Michigan dan
memaksa kepercayaan mereka ke atas kami. Keluarga Kristen saya hanya
melihat kekerasan bila menyebut Islam. Mereka amat membenci Islam.
Bagaimanapun kehidupan remaja saya dicemari dengan kesalahfahaman
tentang Islam. Terdapat beberapa hal yang berlaku ke atas saya,
menyebabkan pandangan saya terhadap Islam berubah.
Pertama, ketika itu saya berusia 14 tahun. Saya memisahkan diri dari
ajaran Kristen, agama saya. Ayah saya seorang pastor dan menyiksa ibu
saya. Selain itu ia mempunyai hubungan sulit dengan sekretarisnya. Saya
melihat kekerasan dan kemunafikan dalam diri ayah saya. Apa yang lebih
menyakitkan hati saya ialah melihat bagaimana anggota dan jemaat Kristen
mengambil sikap terhadap ayah saya. Mereka sama saja ketika berbicara
tentang Islam. Tapi dengan cara ini mereka memalukan nama Kristen. Saya
menjadi amat kecewa dengan sebagian mereka yang menyebut dirinya Kristen
tetapi gagal melaksanakan ajarannya. Orang yang tidak pernah membaca
kitab suci dan sekadar menyerah atau patuh secara buta dengan apa yang
diberitahu oleh pemimpin agama. Keimanan buta inilah yang tampak dalam
masyarakat Kristen.
Saya sadar bahwa dalam setiap
agama memang terjadi penyimpangan karena kita adalah manusia lemah. Saya
merasakan bahwa agama Kristen bukanlah jalan buat saya. Injil telah
diubah oleh tangan manusia dan sering kali diinterpretasi secara aneh.
Oleh saya membuat keputusan untuk meninggalkannya.
Kedua, selama 8 tahun saya menghabiskan masa mencari agama. Saya bertemu
dengan Wicca dan selama tiga tahun lebih saya mengikutinya. Sayangnya
ia tidak dapat memberikan kepuasan bagi saya dalam menjalinkan hubungan
saya dengan Yang Maha Kuasa. Saya sama sekali tidak setuju dengan konsep
politeisme yang terdapat dalam Wicca. Jauh di sudut hati, saya adalah
seorang monoteis. Dengan demikian saya meninggalkan jalan ini dan terus
mencari kebenaran.
Ketiga, saya mengambil kelas agama
dunia pada tahun pertama di sekolah tinggi dan untuk beberapa minggu
saya mendengar ceramah berkaitan Islam. Sebenarnya pelajaran itu tidak
begitu menarik hati saya, sehingga setengah tahun kemudian, itupun saat
saya melihat kembali buku catatan saya. Guru yang mengajar saya adalah
seorang pengajar katolik yang agak bias tetapi 95 persen dari apa yang
saya pelajari adalah benar. Nota-nota tersebut merupakan garis panduan
untuk pelajaran saya.
Keempat, saya diselamatkan saat
saya memerlukannya. Saya telah lama tersesat di jalan pencarian
kebenaran. Musim panas selepas kelas, saya mengambil narkotika dengan
harapan dapat membuka mata dan mengisi ruh saya. Betapa bodohnya saya.
Tuhan memberikan saya kesempatan untuk kali kedua. Peristiwa ini berlaku
pada setelah hari Thanksgiving, pada bulan November. Saya meminum
minuman keras. Saya berada di persimpangan antara dalam keadaan mabuk
dan sadar. Saya menumpang bersama seorang teman dan mengemudi mobil
untuk pulang ke rumah. Kami berada di jalan, saat seorang supir mabuk
tidak memperdulikan lampu merah dan menabrak kami.
Sebuah mobil lagi terbang ke arah kami. Mobil kami terhempas dengan kuat
ke celah dua pohon. Mobil kami hancur. Saya menjadi begitu takut, cemas
menanti kematian. Kalau tak matipun, saya sadar bahwa saya akan
dikenakan hukuman karena mengemudi memandu saat mabuk. Hukuman tersebut
akan menyebabkan saya kehilangan hak untuk mendapat beasiswa dan
seterusnya saya akan dikeluarkan dari sekolah tinggi. Peristiwa ini akan
mencemari catatan bersih saya selama ini. Dan yang lebih buruk lagi,
saya akan kehilangan kepercayaan dari ibu saya selepas lebih dari
setahun bersih dari narkotika. Saya benar-benar tidak ingat apakah
tabrakan itu kesalahan saya atau orang lain. Banyak saksi yang
memberitahu bahwa tabrakan tersebut adalah kesalahan supir yang mabuk.
Saya menarik nafas lega. Tapi saya masih harus menjalani ujian
pemeriksaan penafasan untuk menentukan level kandungan alkohol yang
terdapat dalam tubuh saya.
Saya masih di bawah usia
dan telah menggunakan alkohol lebih dari batas yang dibenarkan UU. Saya
mungkin telah mengambil vodka dua jam sebelum tabrakan. Dalam keadaan
cemas dan takut, sebuah mukjizat telah menyelamatkan saya. Pemeriksaan
yang dijalankan menunjukkan angka 0. Sungguh mustahil saat pegawai
tersebut mengatakan diri saya bersih dari alkohol.
Malah saya diberitahu saya tidak mengalami cedera sedikitpun. Tabrakan
itu sebenarnya bisa menyebabkan semua penumpang saya mati dan harus
dirawat di rumah sakit. Saya selamat dan hanya mengalami luka kecil.
Selepas itu saya tidak pernah lagi mengemudi saat mabuk. Beberapa bulan
kemudian saya meninggalkan alkohol sama sekali. Saya dapat merasakan
Tuhan telah menyelamatkan saya.
Kelima, Desember 2010.
Saya menjalin hubungan dengan seorang muslim Syiah. Saya mula tertarik
untuk mempelajari Islam. Saya belajar sedikit mengenai keyakinannya dan
mula membaca buku. Buku-buku tersebut telah mengubah pandangan saya
tentang Islam. Hati saya mula terbuka untuk Islam.
Keenam, Januari 2011, saya bertemu dan jatuh hati dengan seorang lelaki
dari Saudi Arabia bermazhab Syiah, mahasiswa Universitas Western
Michigan. (Alhamdulillah, dia kini adalah suami saya). Dia adalah
seorang yang religius. Saya amat menghormati cara dia menjalani
kehidupannya. Ketika dia menunaikan shalat, saya turut shalat
bersamanya. Dialah yang menyebabkan timbul cinta saya kepada Islam. Kami
banyak melakukan pembahasan berkaitan agama, filsafat dan teologi. Saya
mula membaca secara serius berkaitan Islam, dan bertanya kepadanya
berbagai persoalan.
Dia membawa saya ke kota Dearbon
dan memperlihatkan kepada saya budaya Islam yang kental di kota ini.
Saya senang sekali melihat wanita yang mengenakan hijab, tanda-tanda
yang berbahasa Arab dan Inggris tertera di bangunan. Terdengar
suara-suara yang mengunakan bahasa Arab di mana saja dan bau aroma
makanan halal yang memenuhi ruang udara. Saya jatuh cinta dengan Islam.
Beberapa bulan kemudian, di sebuah toko buku yang hanya memiliki 24
buku. Teman lelaki saya menemukan sebuah al-Quran berkulit biru dan
keemasan. Dia membelikannya untuk saya. Melihatnya saja membuat saya
damai. Semakin saya membaca, semakin dahaga rasanya. Kata-katanya
seperti apa yang saya cari selama ini. Saya membacanya dalam bahasa
Inggris, saat ini saya sedang belajar bahasa Arab supaya saya dapat
mempelajari al-Quran dalam konteks aslinya.
Saya tidak
pernah merasakan kepuasan seperti yang saya alami ketika ini. Semua
peristiwa yang berlaku dalam hidup saya, yang indah dan yang buruk,
terutama enam perkara yang telah saya sebutkan, telah membawa saya ke
jalan yang lurus. Saya mengakui bahwa ektrimis muslim telah mengajar
saya menjadi takut saat saya masih muda, telah hilang, sesat dan
menyimpang dari Jalan Allah dalam upaya untuk menjustifikasi keinginan
dan ketamakan mereka. Bukan kesalahan Allah, bukan kesalahan dalam
Firman-Nya, tidak juga kesalahan Islam atau umatnya. Allah Swt
senantiasa Maha Pengasih, Maha Berkuasa dan Maha Agung atas segala yang
ada di alam semesta ini. (IRIB Indonesia/reverts muslim)
Aysha: Kata Ibuku, Saya Melahirkan Anak Kristen, Bukan Muslimah Berjilbab
Nama saya Aysha. Saya berasal dari Utara Hungaria. Saya mendengar
tentang Islam ketika saya berada di sekolah menengah, dalam pelajaran
sejarah, karena Hungaria pernah berada di bawah kekuasaan Turki selama
150 tahun.
Kemudian saya memasuki universitas untuk
melanjutkan pelajaran dalam bidang biologi molecular, di sini saya
menemui banyak pelajar muslim dari luar negeri. Saya senantiasa ingin
tahu mengapa umat Islam bangga dengan agama mereka.
Saya adalah seorang penganut katolik, tetapi sering punya keraguan dan
saya tidak setuju dengan sebagian ajaran agama saya. Contohnya,
bagaimana bisa Tuhan mempunyai putra dan demikian juga konsep trinitas.
Pernah suatu ketika saya sedang makan malam bersama dengan teman-teman
saya, tiba-tiba terdengar suara azan. Salah seorang teman minta saya
memberhentikannya, tetapi saya menolak. Saya begitu terpesona dengan
keindahan suara azan dan sesuatu sepertinya menyentuh hati naluri saya.
Pada musim panas saya mendownload program al-Quran secara tidak
sengaja. Saya tertegun mendengar lantunan bahasa Arab dan membaca teks
Inggrisnya. Saya mulai berfikir tentang Islam dan membaca buku-buku
berkaitan dengannya.
Selepas dua bulan, saya memeluk
agama Islam. Saya mengucapkan syahadah di hadapan dua teman saya. Saya
menyaksikan bahwa tiada Tuhan melainkan Allah dan Nabi Muhammad adalah
utusan-Nya.
Saya memilih Islam sebagai agama saya dan menentang budaya, keluarga terutama ibu saya.
Ramadhan pun tiba, saya memutuskan untuk melaksanakan puasa sebagai
permulaan kehidupan baru dalam Islam. Alhamdulillah saya berhasil
melaksanakannya.
Saya mula menunaikan shalat. Pada
mulanya memang agak sulit bagi saya karena orang di sekitar saya bukan
muslim. Jadi saya tidak bisa bertanya kepada siapapun.
Saya belajar shalat sendirian dengan melihat internet. Karena tidak ada
seorangpun yang menunjukkan kepada saya bagaimana cara untuk
melaksanakan shalat, bagaimana melakukan wudhu, apa yang perlu saya baca
sebelumnya atau bagaimana melakukan mandi atau apakah etika dan hukum
dalam Islam yang harus saya patuhi??
Saya pernah punya
teman, sayangnya dia benar-benar membuat saya kecewa. Dia memberitahu
saya bahwa saya tidak akan pernah memahami Islam karena saya tidak lahir
dalam Islam. Saat saya memberitahu dia bahwa saya akan berpuasa, dia
mengatakan bahwa puasa bukan sekadar menahan lapar saja. Pada masa itu
saya benar-benar baru. Saya baru memeluk Islam kira-kira sebulan.
Saya menjadi takut, bagaimana jika saya tidak dapat belajar bagaimana
untuk shalat dalam bahasa Arab? Bagaimana jika saya tidak dapat
melaksanakan dengan cara yang benar? Saya tidak punya kerudung, saya
tidak punya sajadah untuk menunaikan shalat, saya juga tidak mendapat
bantuan dari seorangpun. Saya memiliki banyak keraguan.
Ketika saya mula menunaikan shalat, saya gambarkan Tuhan sedang melihat
saya dengan senyuman. Malah saya pernah menulis teks bacaan shalat di
atas kertas serta panduan-panduannya, saya memegang kertas tersebut di
tangan kanan sambil membaca kuat dan rukuk. Kemudian membaca lagi,
begitulah seterusnya. Saya pasti kelihatan sangat aneh.
Kemudian saya berhasil menghafal bahasa Arab, masalah yang saya hadapi
teratasi. Saya membuka akun facebook. Di sini saya mempunyai banyak
teman baru. Dari sahabat-sahabat di facebook, saya mendapat perhatian
dan dukungan.
Malah ada seorang lelaki muslim
membelikan saya kerudung, sajadah dan buku-buku Islam untuk saya. Untuk
pertama kalinya saya mendapat al-Quran dalam bahasa Arab dari Yordania
yang dihantar lewat pos. Kita tidak akan dapat menemukan al-Quran di
Hungaria. Kini saya turut mengenakan jilbab.
Hubungan
saya dan ibu saya menjadi tegang. Dia menuduh saya akan menjadi teroris
dan saya akan meninggalkan dia seperti mana saya meninggalkan Kristen.
Saya juga akan meninggalkan Hungaria. Dia sengaja meletakkan daging babi
dalam kulkas. Saya enggan memakannya, perkara ini menimbulkan
perselisihan besar di antara kami.
Dia tidak tahan
melihat saya shalat atau memakai jilbab. Oleh karenanya, saya shalat di
dalam kamar saya. Dia tidak akan memandang saya saat saya mengenakan
jilbab dan dia akan merengut dengan berkata, "Saya melahirkan seorang
anak Kristen bukan seorang muslimah yang berhijab."
Hubungan kami benar-benar menghadapi masalah serius. Tetapi saya tidak
pernah berlaku kasar padanya. Alhamdulillah kini dia lebih tenang dan
tampaknya dia menerima saya. Saya sungguh bersyukur kepada Allah. Kini
dia tidak lagi merengut saat saya mengenakan jilbab.
Saya tidak pernah bercakap dengan ayah saya, dan dia juga tidak ingin
menemui saya. Tetapi kini karena Islam, saya berbuat baik terhadapnya.
Kini dia sering mengunjungi kami.
Ya, kehidupan saya
merupakan ujian besar tetapi Alhamdulillah saya mempunyai kesabaran dan
harapan. Pada Hari Kiamat nanti saya amat bersyukur kepada mereka. Saya
akan terus berusaha untuk meningkatkan ilmu yang ada dan menjadi lebih
baik dalam memahami ajaran Islam.
Saya percaya bahwa
segala yang berlaku telah ditentukan oleh Allah Swt dan saya tidak dapat
mengubahnya tetapi saya bisa memilih untuk hidup dengan lebih baik.
Saya berusaha untuk membantu orang lain di Debrecen. Saya
menyelenggarakan proyek menghimpun pakaian terpakai untuk kamp
pengungsi. Terdapat ramai muslim yang tidak punya rumah karena perang.
Kami menghimpun pakaian dan membawanya ke sana. Saya membuat roti
Pakistan untuk anak-anak dan kaum perempuan. Mereka amat gembira sekali
dan kami merasa senang.
Dulu saya berteriak jika ada
orang yang menggangu saya. Tetapi kini saya lebih suka menunjukkan
contoh ke mana saja saya pergi. Saya juga berusaha untuk membimbing
mereka yang baru memeluk agama Islam. Baru-baru ini saya bertemu dua
orang muslimah Hungaria yang baru memeluk Islam. Saya memberikan mereka
buku-buku, sajadah saya dan al-Quran. Alhamdulillah, kami shalat bersama
dan mereka amat gembira sekali.
Saya berusaha untuk
memperlihatkan citra bahwa kita umat Islam adalah orang yang baik, ramah
dan memiliki hati yang bersih. Kini saya sedang belajar bahasa Arab,
supaya bisa membaca al-Quran dengan baik. Saya membaca al-Quran dalam
bahasa Hungaria, saya menunaikan shalat lima kali sehari semalam. Saya
berusaha untuk menuruti al-Quran dan Sunnah Nabi, dan saya membaca buku
untuk bisa mendapat pemahaman yang lebih baik tentang Islam. (IRIB
Indonesia/Rohama.org)
Leilah Ahmad: Saya Bangga Mengatakan Diriku Sebagai Muslimah
Kedua orang tua saya memberikan kebebasan untuk saya membuat pilihan
Nama saya adalah Leilah Ahmad. Ibu saya warga Australia, sementara ayah
saya berasal dari Pakistan. Saya mempunyai seorang saudara lelaki. Saya
tidak dibesakan dalam keluarga yang religius. Ibu saya memberikan saya
kebebasan untuk membuat pilihan. Oleh karenanya, saya mempunyai peluang
untuk memahami Islam dengan cara saya sendiri. Tidak ada siapapun yang
memaksa saya dalam hal ini.
Ketika saya menyedari
bahwa setiap hari Jumat ayah saya pasti akan keluar dari rumah. Saya
bertanya kepada ibu saya, "Ayah pergi ke mana?"
Ibu menjawab, "Dia menunaikan shalat jamaah".
Sebenarnya saya tidak paham apa itu shalat jamaah. Saya malah tidak
mengetahui bahwa ayah beragama Islam. Suatu hari saya bertanya kepadanya
tentang Islam.
Dia menjelaskan kepada saya tujuan
shalat berjamaah. Apa itu shalat jamaah. Dia menjelaskan bahwa shalat
tersebut merupakan bagian dari shalat lima waktu sehari semalam. Ia
termasuk dalam shalat zuhur. Saya meminta izin darinya untuk ikut
bersamanya ketika dia pergi menunaikan shalat jemaah. Dia memberikan
saya kesempatan untuk ikut bersamanya.
Kunjungan ke Masjid
Dia meminta saya mengenakan pakaian sopan, kerudung dan berlengan
panjang. Saya menurutinya. Ketika saya mendengar khutbah Jumat, ia
memberi kesadaran kepada saya. Seolah-olah Islam adalah sesuatu yang
baru buat saya. Saya tidak mempunyai sedikitpun ide tentang agama ini.
Saya melihat umat Islam dan saya tidak faham mengapa wanita Islam harus
mengenakan hijab.
Kunjungan ke masjid itu, sebenarnya
bukanlah sebuah masjid. Asalnya di tempat saya dibesarkan di kota
Cannes, ada sebuah rumah tempat mereka menggelar shalat jamaah dan
acara-acara Islami. Pada hari pertama, saya mendengar bacaan surat
al-Fil. Imam tersebut membacanya dalam dua bahasa, yaitu bahasa Inggris
dan bahasa Arab. Saya merasakan bahasa Arab yang dilantunkan begitu
indah dan menimbulkan kedamaian dalam diri saya.
Kemudian saya mula bertanya berbagai macam persoalan kepada ayah saya.
"Apakah tujuan shalat, mengapa anda memilih Islam sebagai agama anda?
Mengapa wanita muslim harus mengenakan kerudung? Apa itu al-Quran?
Apakah maksudnya? Dan sebagainya. Apakah maksud Islam secara khusus?"
Dia menjelaskan semuanya kepada saya. Malah dia memberikan kepada saya
sebuah al-Quran.
Melihat ayat-ayat di dalam Quran,
terasa begitu mempesona. Al-Quran kelihatan begitu indah. Cantik
menawan, tidak ada yang dapat menandinginya. Suatu hari saya memutuskan,
selepas melakukan penelitian dan merenung dengan dalam, apalagi selepas
ayah membawa saya mengikuti shalat jamaah, Magrib, Isha, semua shalat
dan juga hari raya. Ketika itu saya belum Islam sepenuhnya. Saya masih
belajar, belum memeluk Islam.
Keputusan Final
Satu hari, saya memutuskan untuk memeluk agama Islam dan inilah
keputusan final saya. Akhirnya saya akan menjadi seorang muslimah. Kami
pergi ke masjid, imam masjid tersebut menyaksikan saya mengucap dua
kalimat syahadah. Saya telah memilih untuk menjadi muslim. Saya percaya
bahwa tiada Tuhan yang saya sembah selain Allah Swt dan Nabi Muhammad
adalah utusan-Nya.
Selepas satu setengah tahun
kemudian, selepas mengamalkan ajaran Islam dan membaca al-Quran (saya
mengambil masa selama setahun untuk mempelajari huruf-huruf bahasa Arab)
kami berpindah ke Gold Coast. Orang tua kami membuat keputusan tersebut
untuk memudahkan saya dan saudara lelaki saya mempelajari lebih banyak
tentang Islam. Saudara lelaki saya turut memeluk agama Islam sama pada
waktu saya memeluk Islam. Walaupun ia mengambil masa yang lebih lama
dari saya untuk memahami Islam. Alhamdulillah kami sama-sama menjadi
muslim dan bisa membaca al-Quran dengan baik.
Famili dan Kawan
Tidak banyak penganut Islam di Cannes. Saya kehilangan banyak teman
karena kefahaman dan persepsi mereka tentang Islam amat berbeda. Banyak
di antara mereka yang tidak menghormati Islam. Tidak ada siapapun yang
memberi dukungan saat saya memeluk Islam kecuali ibu, ayah dan saudara
lelaki saya serta keluarga. Tanpa Islam tidak mungkin saya dapat
menempuh waktu-waktu kesulitan. Islam memperlihatkan kepada saya siapa
kawan saya sebenarnya. Jika mereka memahami, sudah tentu mereka akan
tetap bersama saya melewatinya.
Ketika pindah ke Gold
Coast, pada mulanya saya tidak mengenali ramai kawan padahal tempat ini
lebih ramai penganut Islam dan anak-anak disini lebih memahami Islam
serta menjalin persahabatan lebih mudah.
Saya punya
dua teman yang benar-benar baik. Semoga Allah memberikan hidayah kepada
mereka. Mereka sering mengikuti saya mendengar khutbah dan ceramah
agama. Mereka mengatakan bahwa mereka suka mendengarnya. Saya amat
gembira. Mereka merupakan teman terbaik saya. Andai saja mereka terbuka
hati untuk memeluk agama Islam, sudah pasti ianya bertambah baik.
Kehidupan dalam jilbab
Saya mengambil masa setahun sebelum mula mengenakan kerudung, itupun
setelah kami berada di Gold Coast. Berada di tempat ini ramai memandang
umat Islam dan banyak yang menghormati umat Islam. Hal ini membuat saya
lebih mudah untuk mengamalkan ajaran Islam secara terbuka, tanpa perlu
menyembunyikan diri. Saat seseorang bertanya apakah agama saya, saya
tidak perlu lagi mendiamkan diri. Kini saya bisa secara leluasa
menyebutkan agama saya; Saya adalah seorang muslimah, dan saya bangga
dengannya. Saya tidak lagi merasa takut untuk menyebutkannya.
Saya memberitahu kepada ayah saya, "Saya akan mengenakan kerudung esok.
Saya akan ke sekolah dengan mengenakan jilbab". Dan itulah yang saya
lakukan. Saya mengenakan kerudung dan berjanji tidak akan melepaskannya.
Saya merasa lebih tenang. Orang melihat saya. Sebagian melihat saya
dengan rasa penuh hormat. Sebagian lagi tidak, tetapi saya tidak
merasakan orang merenung saya seolah-olah saya menunjukkan tubuh saya.
Seolah-olah saya merasa jelek atau sepertinya, saya merasa lebih
gembira. Saya merasa lebih damai. Jiwa saya merasa lebih ringan.
Perasaan saya memang indah..alhamdulillah. Saya tidak akan mengubahnya
dengan dunia. Saya lebih rela mati dari melepaskan kerudung saya.
Apa yang bisa diberikan oleh Islam?
Kehidupan saya tidak mengalami perubahan besar. Saya masih orang yang
sama. Saya masih seperti manusia biasa macam orang lain. Saya makan
macam orang lain. Tetapi kehidupan saya lebih murni, dan semuanya lebih
masuk akal. Saya menjauhkan diri dari yang haram dan memelihara yang
halal. Itulah jalan benar. Dan untuk memberikan petunjuk kepada orang
lain, sudah tentu ia merupakan perbedaan besar.
Islam
banyak sekali memberikan jalan. Bagi saya, Islam memberikan kedamaian,
kesejahteraan, kebenaran, cinta, kebersihan dan jalan hidup.
Bagi saya, Islam merupakan jalan hidup.
Dan saya masih orang yang sama. Saya adalah warga Australia tetapi
keimanan saya berbeda. Saya adalah seorang muslimah. Saya seorang
muslimah Australia. Dan saya bangga untuk mengatakan saya adalah seorang
muslimah…. Alhamdulillah. (IRIB Indonesia/rohama.org)
13 Rajab, Imam Ali bin Abi Thalib as Lahir
Imam Ali bin Abi Thalib as Lahir
Tanggal 13 Rajab 23 tahun sebelum Hijrah, Ali bin Abi Thalib, kemenakan
Rasulullah, menantu, dan pemimpin kaum Muslimin sepeninggal Nabi,
terlahir ke dunia. Beliau dilahirkan di dalam Ka'bah oleh ibundanya yang
bernama Fathimah binti Asad. Ayah beliau adalah Abu Thalib, paman
Rasulullah. Sejak kecil, Ali as telah berada dalam asuhan dan didikan
Rasulullah dan dia menjadi laki-laki pertama yang menerima ajaran Islam.
Pada akhir tahun ke-2 Hijriah, Ali as menikahi purti Rasulullah,
Fathimah az-Zahra as. Beliau selalu mendampingi Rasulullah dalam segala
duka dan kesulitan dalam menyebarkan Islam dan ikut dalam semua
peperangan yang dihadiri Rasululllah, kecuali dalam Perang Tabuk. Imam
Ali as selain dikenal karena keberaniannya, juga amat terkenal
kedermawanan dan kelembutan hatinya.
Beliau selalu
membantu dan melindungi fakir miskin, kaum tertindas, dan anak yatim.
Ketika menjadi khalifah kaum Muslimin, beliau menjalankan pemerintahan
dengan sangat adil. Dalam beribadah kepada Allah, beliau dikenal sangat
tekun dan khusyuk, sampai-sampai, beliau tidak merasakan ada anak panah
menancap di tubuhnya pada saat sedang shalat. Imam Ali as gugur syahid
akibat dibunuh oleh musuhnya ketika beliau sedang shalat pada usia ke 63
tahun.
Salah satu hadis dari Imam Ali adalah,
"Berperilakulah dengan baik kepada masyarakat, sehingga ketika engkau
mati, mereka akan menangisimu dan ketika engkau hidup mereka akan baik
kepadamu."
Muhammad bin Isa Turmudzi Wafat
Muhammad bin Isa yang lebih dikenal dengan sebutan Abu Isa Turmudzi
merupakan ahli hadis dan tergolong perawi hadis Ahli Sunnah. Beliau
memiliki kekuatan hafalan yang luar biasa dan merupakan murid khusus
Imam Bukhari. Kitab Sahih Turmudzi merupakan referensi tingkat pertama
di bidang Hadis di Ahli Sunnah. Beliau wafat pada 13 Rajab 279 Hq di
usia 70 tahun. (IRIB Indonesia)
Imam Ali bin Abi Thalib AS Berbicara Tentang Dirinya
Imam Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib as adalah sosok manusia agung
yang kebesarannya diakui oleh semua orang sepanjang sejarah. Beliau
adalah puncak keimanan, keikhlasan, ketakwaan, ilmu, kelapangan hati,
keberanian, kasih sayang, keadilan dan seluruh nilai suci dan mulia
insani. Kedengkian musuh-musuhnya tak pernah bisa mengecilkan
keagungannya di mata semua orang. Berlalunya masa dan berputarnya
sejarah tak pernah membuat nama dan kenangan akan wujud ini pudar.
Banyak yang berbicara tentang murid terdekat dan pengikut paling setia
Nabi ini. Tapi bagaimanakah beliau menyifati dirinya sendiri?
Imam Ali as dalam banyak kesempatan memberitahu umat akan dirinya
supaya mereka mengenal sosok pemimpin Ilahi ini yang diamanatkan Nabi
Saw kepada mereka agar selalu mengikuti jejak dan langkahnya. Ali as
menjelaskan kedekatan beliau dengan Nabi saw dan berkata, "Kalian mengetahui posisiku di sisi Nabi baik dari kekerabatan maupun kedekatan khususku dengan beliau..."
Aku
selalu mengikuti ke mana saja beliau pergi ibarat anak yang mengikuti
induknya. Setiap hari Nabi menunjukkan kepadaku akhlak yang mulia dan
memerintahkanku untuk mengikutinya. Setiap tahun untuk beberapa bulan
lamanya beliau berkhalwat di gua Hira, dan hanya aku yang melihat
beliau....
Saat itu tak ada rumah yang
dimasuki cahaya Islam kecuali rumah Nabi dan Khadijah, dan aku adalah
orang yang ketiga setelah mereka. Aku menyaksikan cahaya wahyu dan
risalah dan mencium semerbak wangi kenabian. Ketika wahyu turun kepada
beliau aku mendengar jeritan setan. Aku bertanya, suara apakah ini, ya
Rasulullah? Dan beliau pun menjawab, ini adalah jeritan setan yang
merasa putus asa untuk selalu disembah. Nabi bersabda, ‘Wahai Ali,
engkau mendengar apa yang aku dengar dan melihat apa yang aku lihat,
hanya saja engkau bukanlah nabi tetapi wazir dan penolongku. Engkau
selalu berada di jalan kebaikan dan kebenaran." (Khotbah Nahjul Balaghah ke-192)
Seluruh keutamaan dan keagungan Ali bersumber pada ilmu ilahi yang
sangat luas yang ada padanya. Beliau adalah sosok manusia yang diberi
anugerah ilmu dan hikmah yang didapatkannya dari Rasulullah Saw. Nabi
Saw dalam hadisnya bersabda, "Aku adalah kota ilmu dan Ali adalah
pintu kota itu." Ali sendiri pernah berkata, "Aliran ilmu memancar deras
dari wujudku yang bak gunung tinggi, sementara burung-burung yang
terbang di angkasa ilmu tak akan sampai kepadaku." (Khotbah Nahjul Balaghah ke-3)
Kepada Kumail, salah seorang sahabat dan muridnya, Imam Ali as berkata, "Ketahuilah bahwa di dada ini terpendam ilmu yang luas. Andai saja aku menemukan orang yang bisa menerimanya." Kepada umat yang tenggelam dalam kecintaan dunia, beliau mengingatkan, "Tanyakanlah
kepadaku apa saja yang kalian maukan sebelum kalian kehilangan aku.
Sebab, aku mengenal jalan-jalan di langit lebih baik dari jalan-jalan
yang ada di bumi ini."
Amirul Mukminin selain
dikenal dengan keberanian tiada tara dan kecintaannya kepada kesyahidan
juga dikenal dengan jiwanya yang ksatria dan akhlaknya yang mulia.
Beliau pernah berkata, "Pertama kali menjejakkan kaki di medan
tempur usiaku belum genap dua puluh tahun. Demi Allah, dalam berperang
melawan musuh-musuh kebenaran dan mereka yang tenggelam dalam kesesatan
aku tak pernah segan dan enggan. Ketahuilah bahwa aku tak pernah merasa
lemah dan tak pernah membiarkan rasa takut merasuk ke dalam jiwaku. Demi
Allah, aku akan mengoyak kebatilan dan menarik kebenaran keluar
darinya." (Khotbah Nahjul Balaghah ke-104)
Dalam
perang Khandaq ketika jawara kafir Amr bin Abdi Wad berhasil menyebrangi
parit dan mendendangkan syair-syair tantangan, tak ada yang maju
menjawabnya kecuali Ali bin Abi Thalib as. Dalam perang tanding itu, Ali
berhasil mengalahkan Amr yang namanya menggetarkan hati para jawara
Arab. Saat berhasil menyungkurkan Amr dan siap membunuhnya, mendadak Ali
bangkit dan urung menghabisi lawannya. Beberapa saat kemudian beliau
kembali dan melayangkan pukulan pemungkas. Amr pun tewas di tangan Ali.
Setelah perang usai, Nabi Saw menanyakan apa yang membuatnya sempat
urung membunuh Amr. Ali menjawab, "Ya Rasulullah, dia mencaciku dan
meludahi mukaku. Aku takut jika aku membunuhnya untuk memuaskan amarah
pribadiku. Kubiarkan dia sampai aku berhasil meredakan amarah lalu
kembali untuk membunuhnya demi ridha Allah."
Ali
as adalah sosok pemimpin agung di tengah umat manusia. Meski demikian,
imannya yang tinggi dan kerendahan hatinya membuat beliau selalu
memandang diri tak lebih dari seorang hamba Allah yang memikul tanggung
jawab menegakkan kebenaran. Saat berdiri di mihrab ibadah, beliau
tenggelam dalam lautan keindahan Rabbani dan keagungan Ilahi hingga tak
sadarkan diri. Dalam riwayat disebutkan, saat sebuah anak panah menembus
kakinya, mereka menarik anak panah itu saat beliau dalam keadaan shalat
tanpa pernah beliau rasakan sakitnya. Ketika berbicara tentang
ketaqwaan, kezuhudan dan penolakan terhadap dunia, orang akan lupa bahwa
pembicara ini adalah pemimpin yang kata-katanya berpengaruh besar dan
kekuasaan ada di tangannya. Seakan kata-kata itu keluar dari lisan
seorang abid yang hanya sibuk beribadah di sudut rumah dan mengasingkan
diri dari masyarakat. Sementara, Ali adalah sosok manusia agung yang
terlibat aktif di medan tempur kala api peperangan kebenaran melawan
kebatilan berkobar. Beliau adalah figur pemberani yang menerjang barisan
musuh dan mengobrak-abriknya dengan tarian lincah pedangnya.
Kepiawaiannya dalam bertempur menggetarkan hati musuh-musuhnya.
Imam Ali as berkata, "Ketahuilah
bahwa setiap kaum pasti memiliki pemimpin yang menerangi mereka dengan
cahaya ilmunya. Ketahuilah bahwa pemimpin kalian ini (Ali bin Abi
Thalib) tidak memiliki pakaian kecuali baju dan jubah yang dipakainya
dan tidak memenuhi perutnya kecuali dengan dua kerat roti. Jika kalian
tak bisa melakukan itu, setidaknya bantulah aku dengan ketaqwaan, usaha,
kesucian dan kebaikan kalian. Demi Allah, aku tak pernah memerintahkan
kalian untuk melaksanakan ketaatan kecuali aku telah terlebih dahulu
melakukannya, dan tidak pernah aku mencegah kalian dari dosa kecuali aku
terlebih dahulu menjauhinya." (Khotbah Nahjul Balaghah ke-175)
Dalam suratnya kepada Gubernur Basrah Utsman bin Hunaif, Imam Ali menyatakan, "Aku
mendengar berita bahwa sekelompok orang mengundangmu pada sebuah jamuan
dan engkau pun memenuhi undangan yang menyajikan berbagai jenis makanan
dan minuman yang berlimpah itu. Aku tak pernah menduga bahwa engkau
akan mendatangi jamuan yang menolak kehadiran kaum fakir dan memanjakan
orang-orang kaya."
Pemimpin Ilahi ini memandang hina kekuasaan dan pemerintahan yang diartikan sebagai kedudukan duniawi yang bisa memenuhi ambisi kepangkatan manusia. Namun demikian, jika kekuasaan itu ditujukan untuk menegakkan keadilan, membela hak umat dan mengabdi kepada masyarakat, beliau memandangnya sebagai perkara suci yang mesti diperjuangkan dengan sepenuh jiwa. Dalam memimpin umat Imam Ali as sangat menghormati hak masyarakat dan selalu membela hak-hak kaum tertindas yang dinistakan oleh kaum zalim. Beliau berkata, "Apakah aku harus puas dengan panggilan Amirul Mukminin sementara aku tidak bisa berempati dengan masyarakat dan tidak berbuat untuk meringankan kegetiran kehidupan mereka?"
Mengenai hak pemerintah dan rakyat beliau menjelaskan, "Hak
timbal balik yang paling besar adalah hak pemerintah atas masyarakat
dan hak masyarakat atas pemerintah.. Masyarakat tak akan merasakan
kebaikan kecuali jika penguasa mereka baik dan pemerintahan tak akan
menjadi baik kecuali jika rakyatnya loyal dan tabah. Ketika rakyat
komitmen menjaga hak pemerintah dan pemerintah melaksanakan apa yang
menjadi hak rakyat saat itulah hukum akan berdiri kokoh di tengah
masyarakat dan tiang agama akan tegak."
Imam Ali
as laksana pelita benderang yang menerangi jalan umat menuju hakikat dan
kebenaran. Dalam kaitan ini, beliau menjelaskan kebenaran yang ada pada
dirinya dan bersumpah atas nama Allah, Tuhan yang Maha Esa bahwa beliau
berada di jalan yang benar sementara musuh-musuhnya berada di jalan
kesesatan. Beliau berkata, "Perumpamaanku di tengah kalian ibarat
pelita benderang yang bersinar di kegelapan. Siapa saja yang berjalan ke
arahnya akan memanfaatkan cahaya yang ada padanya." (Khotbah ke-187)
Dalam ungkapan lain beliau berkata, "Ketika
kalian berada dalam gelapnya kebodohan dan kesesatan, berkat kami
kalian memperoleh petunjuk dan bimbingan ke arah kebenaran dan dengannya
kalian menjadi terhormat. Kesejahteraan kalian dapatkan berkat cahaya
kami." (Khotbah ke-4) (IRIB Indonesia)
Senin, 26 Maret 2012
Agama dan Keluarga Yang Sehat, Orang Tua Harus Jujur dalam Berbicara dan Berperilaku
Sebagaimana yang telah kita bahas pada pertemuan sebelumnya bahwa
proses beragama dan beriman kepada nilai-nilai agama itu sendiri akan
tampak sesuai dengan jenjang usia dan perkembangan jiwa seseorang. Jelas
bahwa pengenalan terhadap jenjang usia dan kebutuhan-kebutuhan
emosional anak-anak serta remaja dapat membantu orang tua dalam
membentuk identitas keagamaan anak-anak mereka. Ajaran agama akan
bernilai bagi anak-anak saat ajaran itu berhubungan dengan kebutuhan
internal mereka. Sementara tugas orang tua dan tenaga pendidik adalah
memperkenalkan ajaran-ajaran agama kepada anak-anak mereka sesuai dengan
tingkatan usia.
Jika Anda masih ingat, pada
penjelasan sebelumnya kami telah memaparkan bahwa kecenderungan batin
orang dewasa terhadap perkara spiritual sangat berpengaruh bagi
anak-anak. Terkadang kejujuran dan kesucian jiwa orang tua serta tenaga
pendidik lebih berpengaruh ketimbang pendidikan agama yang disampaikan
secara lisan dan langsung kepada mereka. Oleh sebab itu, orang tua perlu
memperhatikan pensucian jiwa, keikhlasan, dan kejujuran dalam
berperilaku serta berucap.
Sebagaimana yang telah
diteliti dan dikaji oleh para psikolog, kesadaran beragama sama halnya
dengan kebutuhan dan proses psikologis lainnya juga memiliki klasifikasi
usia. Tahap pertama adalah fase perilaku dan sikap meniru. Pada fase
ini, seorang anak akan meniru dan mengikuti amal ibadah orang tua mereka
secara lahiriyah. Sebagai contoh, ketika orang tua menunaikan shalat,
anak-anak mereka juga akan mengikutinya meski tanpa mengetahui esensi
dan nilai di balik ibadah tersebut. Mereka akan melakukan gerak-gerik
yang sama seperti, berdiri tegak, ruku', dan sujud. Perilaku meniru ini
meski tidak menyentuh esensi perbuatan, namun para psikolog
berkesimpulan bahwa dimensi lahiriyah amal ibadah akan berpengaruh bagi
sudut pandang regili anak-anak. Keadaan ini biasanya dimulai dari usia
empat tahun hingga enam tahun.
Tahap kedua proses
pendidikan agama diperuntukkan untuk anak-anak yang berusia antara 6
hingga 11 tahun. Pada fase ini, seorang anak selain bersikap meniru,
mereka juga terpengaruh oleh emosional, perasaan, dan kasih sayang orang
tuanya dalam bidang agama. Kecenderungan dan kesenangan untuk beribadah
akan membentuk dalam diri anak-anak. Semakin besar ekspresi dan
penghayatan orang tua dalam melaksanakan amal ibadah dan kewajiban
agama, maka anak mereka juga semakin dapat merekam secara detail
gerak-gerik itu dalam memori mereka. Bahkan dengan sendirinya mereka
akan tertarik untuk menunaikan kewajiban agama seperti berpuasa. Saat
mereka sibuk beribadah, manifestasi perasaan hati mereka akan
dipersembahkan kehadirat Allah Swt. Perasaan suci ini akan membentuk
pilar-pilar keimanan mereka di masa mendatang.
Fase
ketiga pertumbuhan kesadaran beragama bersamaan dengan masa remaja,
yaitu antara usia 11 tahun hingga 16. Pada masa itu, kecenderungan
emosional dan kasih sayang secara perlahan digantikan oleh fase
argumentatif dan dalil. Pada fase ini, anak-anak remaja menerima ajaran
agama dan ritual ibadah lewat argumentasi dan dalil. Tahap ini merupakan
fase penting dan sensitif dalam pendidikan agama.
Tahap terakhir dalam pendidikan agama adalah fase irfani
(Gnostic/Mysticism). Sebagaimana yang telah kami singgung pada pertemuan
lalu, tahap ini oleh para psikolog disebut fase "Pengembangan Mazhab".
Dalam fase ini, seorang individu selain bersandar pada argumentasi, juga
memiliki eksperimen dan perasaan batin terhadap ajaran agama. Namun,
keberhasilan dalam fase terakhir ini akan terwujud ketika seseorang
telah melalui proses alamiah dan logis fase-fase sebelumnya.
Oleh sebab itu, perubahan kesadaran beragama dan fase-fasenya
menunjukkan keberadaan sebuah kebutuhan dasar terhadap agama yang
tertanam dalam konstruksi jiwa dan fitrah manusia. Kondisi pendidikan
yang mendukung dan ketiadaan hambatan dalam keluarga akan mendorong
berkembangnya kesadaran beragama dalam diri kaum remaja dan
pemuda.Setelah menyimak pemaparan tahapan-tahapan dalam pendidikan
agama, maka dapat kita simpulkan bahwa pembekalan pendidikan agama harus
sesuai dengan usia, kapasitas mental, dan daya pikir anak-anak dan
remaja.
Jika pesan-pesan moral dan religi tidak sesuai
dengan watak dan daya pikir anak-anak serta remaja, proses pendidikan
agama akan mengalami masalah. Imam Ali bin Abi Thalib as mengatakan,
"Jika materi pelajaran tidak sesuai dengan tabiat manusia dan tidak
membantu nalar mereka, maka ilmu yang diperoleh tidak akan membuahkan
hasil." Terkait orang-orang yang tidak mengembangkan daya pikirnya, Imam
Ali as mengatakan, "Mereka sama seperti orang buta yang dipancari sinar
matahari." Artinya, jika kapasitas internal dan daya pikir seseorang
tidak siap untuk menerima ilmu dan pengetahuan, maka pendidikan dan
pengajaran tidak akan berguna baginya.
Masih ada
faktor-faktor lain yang berpengaruh dalam proses pendidikan agama selain
kesiapan internal tadi. Salah satu dari faktor itu adalah mengenal
kebutuhan. Psikolog Perancis, Henry Wallen mengatakan, "Anak-anak dan
remaja hanya tertarik pada hal-hal yang sesuai dengan selera dan
keinginannya." Interaksi yang baik dan efektif akan tercipta ketika
muatan pesan kita sesuai dengan keinginan dan kebutuhan internal
seseorang. Dalam menyampaikan pesan pendidikan dan moral yang pertama
kali harus diperhatikan adalah ketertarikan dan rasa suka anak-anak
serta remaja. Kalau ketertarikan itu belum muncul, pendidik harus
berupaya melahirkan kondisi tersebut.
Imam Ali bin Abi
Thalib as dalam kitab Nahjul Balaghah, hikmah ke-184 memaparkan poin
yang sangat penting berkaitan dengan masalah tersebut. Imam Ali as
mengatakan, "Ketahuilah bahwa dalam hati terdapat dua potensi yaitu
kesenangan dan kebencian. Oleh karena itu, berusahalah untuk mengambil
hati manusia lewat hal-hal yang mereka senangi dan cintai." Dalam
lanjutan ucapannya, Imam Ali as berkata, "Jika hati diakrabkan dengan
hal-hal yang dibenci dan bersifat paksaan, maka ia akan buta." Pemikir
Syahid Murtadha Mutahhari dalam menjelaskan ucapan Imam Ali as ini
mengatakan, "Jiwa dan hati manusia juga menderita rasa sakit dan
kelelahan sama seperti badan dan jasadnya. Oleh karena itu, kita tidak
boleh membebaninya dengan pemikiran-pemikiran rumit. Kita harus
mengeluarkan hati dari rasa sakit dengan hal-hal yang menceriakan dan
menyenangkannya."
Tekad kuat dan kesiapan hati dalam
menerima sesuatu berperan sangat penting sampai-sampai pendidikan Islam
menjadikan niat, kemauan dalam diri, dan kekhusyukan sebagai syarat
utama dalam beribadah. Bagian-bagian penting lainnya dalam pendidikan
agama adalah muatan dan isi pembicaraan serta pemilihan kosa kata yang
sesuai dengan tingkat pemahaman, budaya, dan struktur pemikiran
seseorang. Intonasi dan gaya bicara, kualitas dan kuantitas pesan, dan
bahkan suara dan raut wajah pembicara dapat berpengaruh positif atau
negatif bagi audien. Untuk itu, pesan-pesan moral dan pendidikan juga
harus disampaikan secara profesional dan proporsional.
Pendidikan agama memberikan keindahan kepada anak-anak dan memahamkan
mereka bahwa beragama dan bertuhan sebagai penyebab kebahagiaan,
ketenangan jiwa, dan akan memahami kelezatan hakiki kehidupan ini.
Kesadaran beragama akan mendatangkan kelembutan ruh dan kestabilan jiwa
bagi seseorang. Orang tua harus berusaha membekali pendidikan agama
untuk anak-anak dan remaja dalam lingkungan yang sehat, stabil, dan
menarik.
Dalam pendidikan agama, pengembangan
kesadaran bermazhab lebih utama ketimbang ilmu dan pengetahuan itu
sendiri. Karena pendidikan agama hidup bersama kepercayaan-kepercayaan
hati dan tidak hanya sebatas mengetahui dan mengumpulkan pengetahuan
tentangnya. Jika agama membawa kesempurnaan bagi manusia, maka
pendidikan tentang manifestasi keindahan agama akan melahirkan
keceriaan, optimisme, dan gerakan konstruktif bagi anak-anak dan remaja.
(IRIBIndonesia)
Langganan:
Postingan (Atom)