Selama beberapa tahun terakhir, peranan keluarga dalam mengembangkan
spiritual anak telah menjadi perhatian kalangan sosiolog dan psikolog.
Namun jauh sebelum ini, para tokoh dan pemuka agama Islam telah
menegaskan peranan keluarga dalam mengembangkan spiritual dan moral
anak. Orang tua melalui berbagai metode dapat berperan membentuk
kesadaran beragama dan perkembangan spiritual dalam diri anak-anak
mereka. Orang tua dapat memainkan peran ini lewat komunikasi,
penyampaian nilai dan keyakinan agama, dan perilaku agamis mereka
sendiri.
Penelitian menunjukkan bahwa keluarga dapat
menjadi pendorong bagi pertumbuhan dan pengembangan sisi spiritual
anak-anak mereka. Hal ini dapat dilakukan dengan melaksanakan ritual
agama seperti berdoa sebelum makan, bersedekah dan membantu orang
miskin, dan menjaga akhlak. Kali ini, kami ingin mengajak Anda untuk
menyimak penelitian terbaru tentang peranan keluarga dalam mengembangkan
spiritual anak. Dua peneliti di AS, masing-masing bernama Dollahite dan
Marks pada 2005 mengadakan interview terhadap 72 keluarga yang sangat
patuh beragama dari pemeluk agama Islam, Kristen, dan Yahudi. Wawancara
itu dilakukan secara terperinci, mendalam, dan bersifat analisis.
Dua peneliti itu menyimpulkan bahwa keluarga-keluarga tersebut
menganggap pelaksanaan ritual agama sebagai faktor yang mempercepat
perkembangan spiritual anak-anak mereka. Bentuk-bentuk ritual yang mampu
mempercepat perkembangan spiritual anak-anak itu antara lain; tawakkal
kepada Tuhan, mengatasi gejolak batin lewat doa, menjalankan perintah
dan ritual agama, memiliki sikap pemaaf, menjauhi dosa dan perilakuk
menyimpang, dan pengorbanan. Kedua peneliti itu juga mewawancarai
anak-anak dan remaja usia 10-20 tahun dari keluarga tersebut. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa perilaku beragama dan juga kebiasaan
positif lebih banyak ditemukan di tengah keluarga agamis dan taat
beragama ketimbang keluarga yang tidak religius.
Anak-anak dan remaja yang diwawancarai mengaku bahwa kecenderungan
spiritual dan moral mereka umumnya disebabkan oleh pendidikan dan contoh
perilaku baik yang selalu diteladankan oleh orang tua mereka.
Penelitian dan riset lain juga membuktikan bahwa diskusi dan forum bebas
keluarga tentang masalah-masalah agama berperan penting dalam
memahamkan anak-anak terhadap konsep-konsep spiritual. Diskusi dan
kajian bebas tersebut akan menyenangkan dan menarik jika disajikan
sesuai dengan tuntutan usia anak dan pola pikir mereka. Diskusi seputar
masalah-masalah spiritual antara orang tua dan anak akan membuka peluang
yang tepat untuk menanamkan konsep dan pemahaman beragama kepada
anak-anak.
Forum Diskusi akan menyajikan
masalah-masalah spiritual dan agama dalam bentuk tanya-jawab dan
anak-anak secara interaktif akan berupaya untuk menemukan jawaban atas
hal-hal yang dilontarkan dalam forum tersebut. Metode ini akan
menumbuhkan kemampuan untuk memilih, kesempatan untuk belajar, dan juga
kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi dalam diri anak-anak dan
remaja. Dalam forum ini, orang tua tidak memaksakan pendapatnya kepada
anak-anak, namun mereka hanya berperan sebagai pembimbing sehingga
anak-anak menemukan jawaban yang tepat.
Oleh sebab
itu, para peneliti menilai keluarga sebagai landasan utama dalam
mempersiapkan terbentuknya keyakinan beragama dan keimanan dalam diri
anak. Mereka juga menekankan bahwa sebagian besar akar keyakinan itu
tumbuh sejak usia kanak-kanak di tengah keluarga. Salah satu masalah
yang dapat membantu mengembangkan spiritual anak adalah membawakan
cerita dan kisah religius kepada mereka. Pada prinsipnya, anak-anak
menyenangi dongeng dan orang tua dapat mengajarkan pemahaman beragama
lewat cerita dan kisah-kisah menarik. Cerita selain mengasah sentimen
anak juga akan memperkokoh hubungan antara orang tua dengan mereka.
Pelaksanaan amalan dan syiar-syiar agama juga akan menanamkan
benih-benih spiritual di dalam hati anak-anak dan remaja. Islam sarat
dengan amalan dan syiar yang dapat menjadi media untuk mendekatkan diri
kepada Allah Swt. Amalan seperti shalat lima waktu, haji, puasa, dan
mengunjungi tempat-tempat ibadah sangat konstruktif dalam mentransfer
nilai-nilai spiritual kepada anak-anak dan remaja.
Di
tengah keluarga, orang tua dan orang-orang yang memiliki hubungan dengan
anak dapat berperan dalam mengajarkan sentimen beragama dalam diri
anak-anak. Berdasarkan sejumlah hasil penelitian, peran seorang ibu
sangat penting dalam mendidik kehidupan spiritual anak. Pertanyaannya
adalah "Mengapa ibu sangat berpengaruh dalam menjadikan anak-anak untuk
taat beragama?" Para peneliti setelah melakukan berbagai riset,
mengemukakan beberapa masalah berikut ini antara lain; kaum wanita lebih
condong menghadiri acara dan ritual-ritual agama. Kecenderungan ini
juga berhubungan dengan dimensi dasar dan kejiwaan mereka. Alasan
lainnya adalah kaum ibu yang kebanyakan waktunya dihabiskan di rumah
tentu saja memiliki banyak kesempatan untuk berinteraksi dengan
anak-anak mereka.
Faktor lain tentang pengaruh dominan
ibu dalam mendidik spiritual anak adalah karena karekter keibuan yang
mereka miliki. Mereka lebih peka dan sensitif terhadap perasaan dan
mental anak-anaknya. Oleh karena itu, anak-anak dan remaja lebih nyaman
mencurahkan isi hatinya dengan ibu. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa
keyakinan beragama termasuk perkara personal dan pribadi. Dalam hal ini,
anak-anak juga lebih memilih ibu untuk mendiskusikannya. Namun kita tak
boleh lupa bahwa di sebagian keluarga, peran ini dilakukan oleh ayah.
Ternyata hasil yang lebih positif ditemukan di dalam keluarga yang
pendidikan spiritual anak didominasi oleh ayah. Seorang ayah yang
meluangkan waktu cukup untuk anak-anaknya dan selalu peduli dengan
kebutuhan, problema, dan pendidikan mereka akan menjadikan anak-anak
lebih akrab dan santai dengannya. Mereka mudah mendiskusikan
masalah-masalah yang berhubungan dengan keyakinan.
Dapat kita simpulkan bahwa pemilihan metode pendidikan yang tepat oleh
seorang ayah sangat menentukan tingkat ketaatan anak terhadap pendidikan
agama khususnya di dunia sekarang yang sangat kompleks. Poin lain dalam
masalah interaksi religius antara orang tua dan anak adalah pengaruh
timbal-balik mereka satu sama lain. Peneliti dari Barat, Kuzynski dalam
sebuah risetnya pada 2003 lalu menyimpulkan bahwa seorang ayah juga
terpengaruh oleh anak-anaknya dan melahirkan perubahan dalam perilaku
mereka pada saat ia terlibat dalam proses pendidikan anak dan pengajaran
hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan. Di antaranya, anak-anak
terpengaruh oleh pola pikir spiritual orang tua dan terkadang mendorong
mereka untuk lebih merenungkan masalah pendidikan agama. (IRIBIndonesia)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar