Senin, 26 Maret 2012

Agama dan Keluarga Yang Sehat, Ritual Agama Penting Bagi Perkembangan Spiritual Anak


Selama beberapa tahun terakhir, peranan keluarga dalam mengembangkan spiritual anak telah menjadi perhatian kalangan sosiolog dan psikolog. Namun jauh sebelum ini, para tokoh dan pemuka agama Islam telah menegaskan peranan keluarga dalam mengembangkan spiritual dan moral anak. Orang tua melalui berbagai metode dapat berperan membentuk kesadaran beragama dan perkembangan spiritual dalam diri anak-anak mereka. Orang tua dapat memainkan peran ini lewat komunikasi, penyampaian nilai dan keyakinan agama, dan perilaku agamis mereka sendiri.
 
Penelitian menunjukkan bahwa keluarga dapat menjadi pendorong bagi pertumbuhan dan pengembangan sisi spiritual anak-anak mereka. Hal ini dapat dilakukan dengan melaksanakan ritual agama seperti berdoa sebelum makan, bersedekah dan membantu orang miskin, dan menjaga akhlak. Kali ini, kami ingin mengajak Anda untuk menyimak penelitian terbaru tentang peranan keluarga dalam mengembangkan spiritual anak. Dua peneliti di AS, masing-masing bernama Dollahite dan Marks pada 2005 mengadakan interview terhadap 72 keluarga yang sangat patuh beragama dari pemeluk agama Islam, Kristen, dan Yahudi. Wawancara itu dilakukan secara terperinci, mendalam, dan bersifat analisis.
 
Dua peneliti itu menyimpulkan bahwa keluarga-keluarga tersebut menganggap pelaksanaan ritual agama sebagai faktor yang mempercepat perkembangan spiritual anak-anak mereka. Bentuk-bentuk ritual yang mampu mempercepat perkembangan spiritual anak-anak itu antara lain; tawakkal kepada Tuhan, mengatasi gejolak batin lewat doa, menjalankan perintah dan ritual agama, memiliki sikap pemaaf, menjauhi dosa dan perilakuk menyimpang, dan pengorbanan. Kedua peneliti itu juga mewawancarai anak-anak dan remaja usia 10-20 tahun dari keluarga tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku beragama dan juga kebiasaan positif lebih banyak ditemukan di tengah keluarga agamis dan taat beragama ketimbang keluarga yang tidak religius.
 
Anak-anak dan remaja yang diwawancarai mengaku bahwa kecenderungan spiritual dan moral mereka umumnya disebabkan oleh pendidikan dan contoh perilaku baik yang selalu diteladankan oleh orang tua mereka. Penelitian dan riset lain juga membuktikan bahwa diskusi dan forum bebas keluarga tentang masalah-masalah agama berperan penting dalam memahamkan anak-anak terhadap konsep-konsep spiritual. Diskusi dan kajian bebas tersebut akan menyenangkan dan menarik jika disajikan sesuai dengan tuntutan usia anak dan pola pikir mereka. Diskusi seputar masalah-masalah spiritual antara orang tua dan anak akan membuka peluang yang tepat untuk menanamkan konsep dan pemahaman beragama kepada anak-anak.
 
Forum Diskusi akan menyajikan masalah-masalah spiritual dan agama dalam bentuk tanya-jawab dan anak-anak secara interaktif akan berupaya untuk menemukan jawaban atas hal-hal yang dilontarkan dalam forum tersebut. Metode ini akan menumbuhkan kemampuan untuk memilih, kesempatan untuk belajar, dan juga kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi dalam diri anak-anak dan remaja. Dalam forum ini, orang tua tidak memaksakan pendapatnya kepada anak-anak, namun mereka hanya berperan sebagai pembimbing sehingga anak-anak menemukan jawaban yang tepat.
 
Oleh sebab itu, para peneliti menilai keluarga sebagai landasan utama dalam mempersiapkan terbentuknya keyakinan beragama dan keimanan dalam diri anak. Mereka juga menekankan bahwa sebagian besar akar keyakinan itu tumbuh sejak usia kanak-kanak di tengah keluarga. Salah satu masalah yang dapat membantu mengembangkan spiritual anak adalah membawakan cerita dan kisah religius kepada mereka. Pada prinsipnya, anak-anak menyenangi dongeng dan orang tua dapat mengajarkan pemahaman beragama lewat cerita dan kisah-kisah menarik. Cerita selain mengasah sentimen anak juga akan memperkokoh hubungan antara orang tua dengan mereka.
 
Pelaksanaan amalan dan syiar-syiar agama juga akan menanamkan benih-benih spiritual di dalam hati anak-anak dan remaja. Islam sarat dengan amalan dan syiar yang dapat menjadi media untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt. Amalan seperti shalat lima waktu, haji, puasa, dan mengunjungi tempat-tempat ibadah sangat konstruktif dalam mentransfer nilai-nilai spiritual kepada anak-anak dan remaja.
 
Di tengah keluarga, orang tua dan orang-orang yang memiliki hubungan dengan anak dapat berperan dalam mengajarkan sentimen beragama dalam diri anak-anak. Berdasarkan sejumlah hasil penelitian, peran seorang ibu sangat penting dalam mendidik kehidupan spiritual anak. Pertanyaannya adalah "Mengapa ibu sangat berpengaruh dalam menjadikan anak-anak untuk taat beragama?" Para peneliti setelah melakukan berbagai riset, mengemukakan beberapa masalah berikut ini antara lain; kaum wanita lebih condong menghadiri acara dan ritual-ritual agama. Kecenderungan ini juga berhubungan dengan dimensi dasar dan kejiwaan mereka. Alasan lainnya adalah kaum ibu yang kebanyakan waktunya dihabiskan di rumah tentu saja memiliki banyak kesempatan untuk berinteraksi dengan anak-anak mereka.
 
Faktor lain tentang pengaruh dominan ibu dalam mendidik spiritual anak adalah karena karekter keibuan yang mereka miliki. Mereka lebih peka dan sensitif terhadap perasaan dan mental anak-anaknya. Oleh karena itu, anak-anak dan remaja lebih nyaman mencurahkan isi hatinya dengan ibu. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa keyakinan beragama termasuk perkara personal dan pribadi. Dalam hal ini, anak-anak juga lebih memilih ibu untuk mendiskusikannya. Namun kita tak boleh lupa bahwa di sebagian keluarga, peran ini dilakukan oleh ayah. Ternyata hasil yang lebih positif ditemukan di dalam keluarga yang pendidikan spiritual anak didominasi oleh ayah. Seorang ayah yang meluangkan waktu cukup untuk anak-anaknya dan selalu peduli dengan kebutuhan, problema, dan pendidikan mereka akan menjadikan anak-anak lebih akrab dan santai dengannya. Mereka mudah mendiskusikan masalah-masalah yang berhubungan dengan keyakinan.
 
Dapat kita simpulkan bahwa pemilihan metode pendidikan yang tepat oleh seorang ayah sangat menentukan tingkat ketaatan anak terhadap pendidikan agama khususnya di dunia sekarang yang sangat kompleks. Poin lain dalam masalah interaksi religius antara orang tua dan anak adalah pengaruh timbal-balik mereka satu sama lain. Peneliti dari Barat, Kuzynski dalam sebuah risetnya pada 2003 lalu menyimpulkan bahwa seorang ayah juga terpengaruh oleh anak-anaknya dan melahirkan perubahan dalam perilaku mereka pada saat ia terlibat dalam proses pendidikan anak dan pengajaran hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan. Di antaranya, anak-anak terpengaruh oleh pola pikir spiritual orang tua dan terkadang mendorong mereka untuk lebih merenungkan masalah pendidikan agama. (IRIBIndonesia)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar