Senin, 04 Juni 2012

Imam Ali bin Abi Thalib AS Berbicara Tentang Dirinya


Imam Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib as adalah sosok manusia agung yang kebesarannya diakui oleh semua orang sepanjang sejarah. Beliau adalah puncak keimanan, keikhlasan, ketakwaan, ilmu, kelapangan hati, keberanian, kasih sayang, keadilan dan seluruh nilai suci dan mulia insani. Kedengkian musuh-musuhnya tak pernah bisa mengecilkan keagungannya di mata semua orang. Berlalunya masa dan berputarnya sejarah tak pernah membuat nama dan kenangan akan wujud ini pudar. Banyak yang berbicara tentang murid terdekat dan pengikut paling setia Nabi ini. Tapi bagaimanakah beliau menyifati dirinya sendiri?
 
Imam Ali as dalam banyak kesempatan memberitahu umat akan dirinya supaya mereka mengenal sosok pemimpin Ilahi ini yang diamanatkan Nabi Saw kepada mereka agar selalu mengikuti jejak dan langkahnya. Ali as menjelaskan kedekatan beliau dengan Nabi saw dan berkata, "Kalian mengetahui posisiku di sisi Nabi baik dari kekerabatan maupun kedekatan khususku dengan beliau..."
 
Aku selalu mengikuti ke mana saja beliau pergi ibarat anak yang mengikuti induknya. Setiap hari Nabi menunjukkan kepadaku akhlak yang mulia dan memerintahkanku untuk mengikutinya. Setiap tahun untuk beberapa bulan lamanya beliau berkhalwat di gua Hira, dan hanya aku yang melihat beliau....
 
Saat itu tak ada rumah yang dimasuki cahaya Islam kecuali rumah Nabi dan Khadijah, dan aku adalah orang yang ketiga setelah mereka. Aku menyaksikan cahaya wahyu dan risalah dan mencium semerbak wangi kenabian. Ketika wahyu turun kepada beliau aku mendengar jeritan setan. Aku bertanya, suara apakah ini, ya Rasulullah? Dan beliau pun menjawab, ini adalah jeritan setan yang merasa putus asa untuk selalu disembah. Nabi bersabda, ‘Wahai Ali, engkau mendengar apa yang aku dengar dan melihat apa yang aku lihat, hanya saja engkau bukanlah nabi tetapi wazir dan penolongku. Engkau selalu berada di jalan kebaikan dan kebenaran." (Khotbah Nahjul Balaghah ke-192)
 
Seluruh keutamaan dan keagungan Ali bersumber pada ilmu ilahi yang sangat luas yang ada padanya. Beliau adalah sosok manusia yang diberi anugerah ilmu dan hikmah yang didapatkannya dari Rasulullah Saw. Nabi Saw dalam hadisnya bersabda, "Aku adalah kota ilmu dan Ali adalah pintu kota itu." Ali sendiri pernah berkata, "Aliran ilmu memancar deras dari wujudku yang bak gunung tinggi, sementara burung-burung yang terbang di angkasa ilmu tak akan sampai kepadaku." (Khotbah Nahjul Balaghah ke-3)
 
Kepada Kumail, salah seorang sahabat dan muridnya, Imam Ali as berkata, "Ketahuilah bahwa di dada ini terpendam ilmu yang luas. Andai saja aku menemukan orang yang bisa menerimanya." Kepada umat yang tenggelam dalam kecintaan dunia, beliau mengingatkan, "Tanyakanlah kepadaku apa saja yang kalian maukan sebelum kalian kehilangan aku. Sebab, aku mengenal jalan-jalan di langit lebih baik dari jalan-jalan yang ada di bumi ini."
 
Amirul Mukminin selain dikenal dengan keberanian tiada tara dan kecintaannya kepada kesyahidan juga dikenal dengan jiwanya yang ksatria dan akhlaknya yang mulia. Beliau pernah berkata, "Pertama kali menjejakkan kaki di medan tempur usiaku belum genap dua puluh tahun. Demi Allah, dalam berperang melawan musuh-musuh kebenaran dan mereka yang tenggelam dalam kesesatan aku tak pernah segan dan enggan. Ketahuilah bahwa aku tak pernah merasa lemah dan tak pernah membiarkan rasa takut merasuk ke dalam jiwaku. Demi Allah, aku akan mengoyak kebatilan dan menarik kebenaran keluar darinya." (Khotbah Nahjul Balaghah ke-104)
 
Dalam perang Khandaq ketika jawara kafir Amr bin Abdi Wad berhasil menyebrangi parit dan mendendangkan syair-syair tantangan, tak ada yang maju menjawabnya kecuali Ali bin Abi Thalib as. Dalam perang tanding itu, Ali berhasil mengalahkan Amr yang namanya menggetarkan hati para jawara Arab. Saat berhasil menyungkurkan Amr dan siap membunuhnya, mendadak Ali bangkit dan urung menghabisi lawannya. Beberapa saat kemudian beliau kembali dan melayangkan pukulan pemungkas. Amr pun tewas di tangan Ali. Setelah perang usai, Nabi Saw menanyakan apa yang membuatnya sempat urung membunuh Amr. Ali menjawab, "Ya Rasulullah, dia mencaciku dan meludahi mukaku. Aku takut jika aku membunuhnya untuk memuaskan amarah pribadiku. Kubiarkan dia sampai aku berhasil meredakan amarah lalu kembali untuk membunuhnya demi ridha Allah."
 
Ali as adalah sosok pemimpin agung di tengah umat manusia. Meski demikian, imannya yang tinggi dan kerendahan hatinya membuat beliau selalu memandang diri tak lebih dari seorang hamba Allah yang memikul tanggung jawab menegakkan kebenaran. Saat berdiri di mihrab ibadah, beliau tenggelam dalam lautan keindahan Rabbani dan keagungan Ilahi hingga tak sadarkan diri. Dalam riwayat disebutkan, saat sebuah anak panah menembus kakinya, mereka menarik anak panah itu saat beliau dalam keadaan shalat tanpa pernah beliau rasakan sakitnya. Ketika berbicara tentang ketaqwaan, kezuhudan dan penolakan terhadap dunia, orang akan lupa bahwa pembicara ini adalah pemimpin yang kata-katanya berpengaruh besar dan kekuasaan ada di tangannya. Seakan kata-kata itu keluar dari lisan seorang abid yang hanya sibuk beribadah di sudut rumah dan mengasingkan diri dari masyarakat. Sementara, Ali adalah sosok manusia agung yang terlibat aktif di medan tempur kala api peperangan kebenaran melawan kebatilan berkobar. Beliau adalah figur pemberani yang menerjang barisan musuh dan mengobrak-abriknya dengan tarian lincah pedangnya. Kepiawaiannya dalam bertempur menggetarkan hati musuh-musuhnya.
 
Imam Ali as berkata, "Ketahuilah bahwa setiap kaum pasti memiliki pemimpin yang menerangi mereka dengan cahaya ilmunya. Ketahuilah bahwa pemimpin kalian ini (Ali bin Abi Thalib) tidak memiliki pakaian kecuali baju dan jubah yang dipakainya dan tidak memenuhi perutnya kecuali dengan dua kerat roti. Jika kalian tak bisa melakukan itu, setidaknya bantulah aku dengan ketaqwaan, usaha, kesucian dan kebaikan kalian. Demi Allah, aku tak pernah memerintahkan kalian untuk melaksanakan ketaatan kecuali aku telah terlebih dahulu melakukannya, dan tidak pernah aku mencegah kalian dari dosa kecuali aku terlebih dahulu menjauhinya." (Khotbah Nahjul Balaghah ke-175)
 
Dalam suratnya kepada Gubernur Basrah Utsman bin Hunaif, Imam Ali menyatakan, "Aku mendengar berita bahwa sekelompok orang mengundangmu pada sebuah jamuan dan engkau pun memenuhi undangan yang menyajikan berbagai jenis makanan dan minuman yang berlimpah itu. Aku tak pernah menduga bahwa engkau akan mendatangi jamuan yang menolak kehadiran kaum fakir dan memanjakan orang-orang kaya."

Pemimpin Ilahi ini memandang hina kekuasaan dan pemerintahan yang diartikan sebagai kedudukan duniawi yang bisa memenuhi ambisi kepangkatan manusia. Namun demikian, jika kekuasaan itu ditujukan untuk menegakkan keadilan, membela hak umat dan mengabdi kepada masyarakat, beliau memandangnya sebagai perkara suci yang mesti diperjuangkan dengan sepenuh jiwa. Dalam memimpin umat Imam Ali as sangat menghormati hak masyarakat dan selalu membela hak-hak kaum tertindas yang dinistakan oleh kaum zalim. Beliau berkata, "Apakah aku harus puas dengan panggilan Amirul Mukminin sementara aku tidak bisa berempati dengan masyarakat dan tidak berbuat untuk meringankan kegetiran kehidupan mereka?"
 
Mengenai hak pemerintah dan rakyat beliau menjelaskan, "Hak timbal balik yang paling besar adalah hak pemerintah atas masyarakat dan hak masyarakat atas pemerintah.. Masyarakat tak akan merasakan kebaikan kecuali jika penguasa mereka baik dan pemerintahan tak akan menjadi baik kecuali jika rakyatnya loyal dan tabah. Ketika rakyat komitmen menjaga hak pemerintah dan pemerintah melaksanakan apa yang menjadi hak rakyat saat itulah hukum akan berdiri kokoh di tengah masyarakat dan tiang agama akan tegak."
 
Imam Ali as laksana pelita benderang yang menerangi jalan umat menuju hakikat dan kebenaran. Dalam kaitan ini, beliau menjelaskan kebenaran yang ada pada dirinya dan bersumpah atas nama Allah, Tuhan yang Maha Esa bahwa beliau berada di jalan yang benar sementara musuh-musuhnya berada di jalan kesesatan. Beliau berkata, "Perumpamaanku di tengah kalian ibarat pelita benderang yang bersinar di kegelapan. Siapa saja yang berjalan ke arahnya akan memanfaatkan cahaya yang ada padanya." (Khotbah ke-187)
Dalam ungkapan lain beliau berkata, "Ketika kalian berada dalam gelapnya kebodohan dan kesesatan, berkat kami kalian memperoleh petunjuk dan bimbingan ke arah kebenaran dan dengannya kalian menjadi terhormat. Kesejahteraan kalian dapatkan berkat cahaya kami." (Khotbah ke-4) (IRIB Indonesia)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar