Aktivis AS dan Israel baru-baru ini meningkatkan serangan propaganda
terhadap gerakan perlawanan dan sumber-sumber finansial Hizbullah.
Mereka menuding Hizbullah terlibat dalam kegiatan ilegal, termasuk
perdagangan narkotika dan pencucian uang.
Harian
Israel, Yediot Ahranot mengklaim bahwa Hizbullah sedang berusaha untuk
menguasai sektor keuangan dan sistem perbankan Lebanon. Laporan ini
diterbitkan bersamaan dengan kunjungan wakil menteri keuangan AS urusan
terorisme dan informasi keuangan, David Cohen.
''Lobi
Zionis dengan segala pengaruhnya di AS, memainkan peran penting dalam
menarik dukungan Kongres dan Gedung Putih sehingga mengirim utusannya ke
Beirut untuk memberitahukan kerentanan Bank Sentral Lebanon," kata
Franklin Lamb, pengacara internasional.
Sejumlah
anggota senior Kongres dari Partai Republik juga menuduh Hizbullah
terlibat dalam berbagai kegiatan kriminal di AS untuk mengumpulkan dana.
Anggota Kongres, Peter King menggambarkan Hizbullah sebagai geng
pembunuhan sadis dan mengatakan bahwa itu merupakan ancaman terhadap
keamanan nasional AS.
''Tiba-tiba semua terpusat pada
aspek pidana transaksi obat bius dan pencucian uang, tanpa menyerahkan
bukti dan dokumen terkait terorisme. Ingat, Hizbullah pernah dicap
sebagai teroris dan tudingan ini masih berlaku. Namun, sudah usang dan
tidak memiliki kredibilitas,'' tegas Lamb.
Hizbullah
seraya membantah keras terlibat dalam kegiatan kriminal, mengatakan
mereka menjadi sasaran, karena perlawanan keras terhadap Israel dan juga
karena Tel Aviv gagal mengalahkan gerakan ini pada tahun 2006.
Sejak masa itu hingga sekarang, Hizbullah tampaknya telah tumbuh secara
militer dan politik dan kebanyakan orang melihat kelompok ini sebagai
gerakan legal dan kekuatan pembebasan. (IRIB Indonesia/RM)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar